Rabu, 29 Mei 2013

PENGARUH ALAT KONTRASEPSI (KB SUNTIK DMPA) TERHADAP MASSA TUBUH WANITA

PENGARUH ALAT KONTRASEPSI (KB SUNTIK DMPA) TERHADAP MASSA TUBUH WANITA
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Embriologi.
cats.jpg
 







OLEH :
SELLY KUSMAYANTI
1210206099

DOSEN
SUMIATI SA’ADAH M.Si



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan inayah-Nya bagi saya melalui ilmu-Nya Yang Maha Luas dan Tak Terkira sehingga kami bisa sedikit menuliskan setetes dari lautan ilmu-Nya kedalam sebuah makalah sederhana ini. Shalawat serta salam kami tujukan kepada suri teladan kami, Nabi Muhammad SAW beserta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
       Saya bersyukur bahwa akhirnya kontribusi dapat diwujudkan dengan diiringi kesadaran bahwa segala keterbatasan masih mengiringi makalah yang masih perlu untuk terus dikoreksi ini agar dapat mencapai kesempurnaan. Makalah ini dibuat tidak dengan proses yang instant namun memerlukan proses yang cukup panjang untuk menciptakan sebuah makalah yang dapat membuat pembaca semakin mengenal, mengerti dan memahami tentang “PENGARUH ALAT KONTRASEPSI (KB SUNTIK DMPA) TERHADAP MASSA TUBUH WANITA”.
       Akhirnya, saya berharap makalah ini menjadi kontributif yang positif yang tidak ada hentinya. Tak henti untuk terus dikoreksi, tak henti untuk melahirkan berbagai motivasi dan inovasi serta tak henti untuk memberikan inspirasi kepada orang lain untuk juga memberikan kontribusi yang jauh lebih baik dari kami. Amin.



Bandung, Mei 2013


Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.     Rumusan masalah......................................................................................... 2
C.     Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Keluarga berencana dan kontrasepsi............................................................ 3
B.     DMPA ( Depomendroksi Progesterone Asetat )......................................... 7
C.     Berat badan................................................................................................ 14
D.    Pengaruh kontrasepsi suntik DMPA terhadap peningkatan berat badan/massa tubuh           17
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................................ 19
B.     Saran.......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 20


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Memiliki berat badan ideal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keuntungan berat badan normal adalah lincah dan resiko sakit rendah. Sementara berat badan berlebih kini sudah menjadi fenomena yang banyak dikeluhkan oleh orang terutama wanita dan terkadang mereka dengan segala cara melakukan upaya untuk menurunkan berat badan seperti melakukan operasi, sedot lemak, diet ketat dan sebagainya.
Permasalahan kesehatan reproduksi masih banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi: IUD, suntik, pil, implant, kontap, kondom. (BKKBN, 2004). Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enentat (NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan Cyclofem.
Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorrhea, menoragia dan muncul bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, peningkatan berat badan (Saifuddin, 2006).
Efek samping kontrasepsi suntik yang paling tinggi frekuensinya yaitu peningkatan berat badan. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas. Hipotesa para ahli DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hypothalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih daripada biasanya. Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kejadian peningkatan berat badan yang dialami akseptor kontrasepsi suntik maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kontrasepsi suntik dengan peningkatan berat badan (Hartanto, 2004).
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengetahui apakah pengaruh alat kontrasepsi (KB suntik DMPA) terhadap massa tubuh wanita.

C.    Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pengaruh alat kontrasepsi (KB suntik DMPA) terhadap massa tubuh wanita.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Keluarga berencana dan kontrasepsi
1.      Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Keluarga Berencana adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera (BKKBN, 2002).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Sarwono, 2006).

2.      Macam-macam kontrasepsi
Terdapat beberapa macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan, antara lain:
a.       Metode kontrasepsi sederhana
1)      images.jpgMetode kalender





Metode ini didasarkan pada suatu perhitungan yang diperoleh dari informasi yang dikumpulkan dari sejumlah menstruasi secara berurutan. Untuk mengidentifikasi hari subur, dilakukan pencatatan siklus menstruasi dengan durasi minimal. enam dan dianjurkan dua belas siklus. Untuk menjamin efektivitas maksimum, metode kalender sebaiknya dikombinasikan dengan indikator-indikator lainnya (Glaiser, 2006).
2)      Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL efektif bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi (Saifuddin, 2006).
3)      Metode suhu tubuh
Saat ovulasi peningkatan progesteron menyebabkan peningkatan suhu basal tubuh (SBT) sekitar 0,2°C-0,4°C. peningkatan suhu tubuh adalah indikasi bahwa telah terjadi ovulasi. Selama 3 hari berikutnya (memperhitungkan waktu ekstra dalam masa hidup sel telur) diperlukan pantang berhubungan intim. Metode suhu mengidentifikasi akhir masa subur bukan awalnya (Glaiser, 2006).
4)      Sanggama terputus (koitus interuptus)
Sengama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan sengama terputus setiap pelaksanaanya (angka kegagalan 4 – 18 kehamilan per 100 perempuan) (Saifuddin, 2006).
b.      Metode Barrier
1)      Kondom
kondom-alat-kontrasepsi.jpg
 




Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan alami (produksi hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
2)      Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
3)      Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal suppositoria, atau dissolvable film, dan dalam bentuk krim (Saifuddin, 2006).
c.       Metode Kontrasepsi Modern
1)      Kontrasepsi pil
pil-kb-dalam-ts.jpg alat kontrasepsi.jpg
 






Kontrasepsi pil merupakan jenis kontasepsi oral yang harus diminum setiap hari yang bekerja mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma. Terdapat dua macam yaitu kontrasepsi kombinasi atau sering disebut pil kombinasi yang mengandung progesteron dan estrogen, kemudian kontrasepsi pil progestin yang sering disebut dengan minipil yang mengandung hormon progesteron.


2)      Konrasepsi implant
Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi silastik berisi hormon jenis progesteron levonogestrol yang ditanamkan dibawah kulit, yang bekerja mengurangi transportasi sperma.
3)      Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
IUD-alat-kontraspesi.jpg
 







Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang bekerja menghambat sperma untuk masuk ke tuba fallopii. (Saifuddin, 2006).
4)      Kontrasepsi Mantap (KONTAP)
Kontrasepsi mantap merupakan suatu cara permanen baik pada pria dan pada wanita, dilakukan dengan tindakan operasi kecil untuk mengikat atau menjepit atau memotong saluran telur (wanita), atau menutup saluran mani laki-laki (Depkes RI, 2006).
5)      KB Suntik.jpgKontrasepsi Suntikan





Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi yang diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuskuler di daerah otot pantat (gluteus maximus) (Siswosudarmo, 2000).
Kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama tetapi masih banyak digunakan yaitu:
a)      DMPA (Depomedroksi Progesteron Asetat)
Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.
b)      NET-EN (Noretindro Enanatat) Noresterat
Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (3 kali suntikan pertama) kemudian setiap 12 minggu.


B.     DMPA (Depomedroksi Progesteron Asetat)
1.      Pengertian
Depo provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan
 untuk tujuan kontrasepsi perenteral, mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat efektif. Noresterat juga termasuk dalam golongan ini (Sarwono, 2006).
2.      Farmakologi
1)      Tersedia dalam bentuk laruran mikrokristalistaline.
2)      Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali.
3)      Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek akumulatif dari DMPA dalam darah/serum.(Hartanto, 2004)
3.      Cara Kerja Kontrasepsi Suntik DMPA
Cara kerja kontrasepsi suntik adalah DMPA:
a)      Menekan ovulasi.
b)      Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
c)      Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
d)     Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi sehingga implantasi terganggu.(Saifuddin, 2006)


4.      Efektifitas
Kontrasepsi suntik memiliki efektifitas tinggi, menurut Hartanto (2004) kurang dari 1 % dari 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA. Kontrasepsi suntik sama efektifnya dengan (Pil Oral Kombinasi) POK dan lebih efektif dari IUD. Tetapi menurut Saifuddin (2006) efektif dapat terjaga apabila penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
5.      Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Suntik DMPA
Menurut Saifuddin (2006) keuntungan kontrasepsi suntik DMPA, antara lain sebagi berikut:
a.       Sangat efektif.
b.      Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c.       Tidak berpangaruh pada hubungan suami istri.
d.      Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
e.       Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
f.       Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
g.      Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
h.      Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
i.        Dapat digunakan oleh wanita usia > 35 tahun sampai perimenopause.
j.        Mencegah anemia.

Kerugian kontrasepsi suntik DMPA diantaranya, sebagai berikut:
a)      Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenorhea, perdarahan ireguler, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi lama dan jumlah darah yang hilang.
b)      Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan intermenstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan berjalannya waktu, sedangkan kejadian amenorhea sangat besar.
c)      Klien sangat tergantung pada sarana pelayanan kesehatan.
d)     Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.
e)      Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
f)       Terlambatnya pemulihan kesuburan setelah pemakaian dihentikan.
g)       Penggunaan jangka panjang akan menimbulkan perubahan pada lipid serum dan dapat menurunkan kepadatan tulang.

6.      Indikasi dan Kontraindikasi Suntikan DMPA
Indikasi kontrasepsi suntik DMPA adalah:
a.       Usia reproduksi.
b.      Nulipara dan yang telah memiliki anak.
c.       Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi.
d.      Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e.       Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f.       Setelah abortus atau keguguran.
g.      Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
h.      Anemia defisiensi besi.
i.        Sering lupa memakai pil.
j.        Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kombinasi.
Kontraindikasi kontrasepsi suntik DMPA yaitu:
a.       Hamil atau dicurigai hamil.
b.      Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c.       Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorhea.
d.      Riwayat kanker payudara.
e.       Diabetes mellitus yang disertai dengan komplikasi.




7.      Waktu pemberian kontrasepsi suntik DMPA menurut Saifuddin (2006) yaitu:
1.      Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
2.      Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3.      Pada ibu yang tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat asalkan dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil dan Ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari setelah suntikan.
4.      Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin ganti dengan kontrasepsi suntik, suntikan pertama dapat segera diberikan asalkan dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil.
5.      Ibu yang sedang menggunakan AKDR dan ingin ganti dengan kontrasepsi suntik, suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid asal yakin ibu tersebut tidak hamil.
6.      Ibu yang tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal ibu tersebut tidak hamil dan selama 7 hari setelah penyuntikan ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual.
8.      Cara Pemberian Kontrasepsi Suntik DMPA
Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan dengan cara disuntik intramuskular di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja dan efektif.
Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi etil isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik. (Saifuddin, 2006)
9.      Efek Samping Kontrasepsi Suntik DMPA
Menurut Depkes RI (Saifuddin, 2006) ada beberapa efek samping dari KB suntik DMPA yaitu:
a.       Gangguan siklus haid
1)      Gejala/ keluhan
a.       Tidak mengalami haid (amenorhea).
b.      Perdarahan berupa tetesan/ bercak-bercak (spotting).
c.       Perdarahan di luar siklus haid (metroragia/breakthrough bleeding).
d.      Perdarahan haid yang lebih lama dan lebih banyak daripada biasanya (menoragia).
2)      Penyebab
Karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga  endometrium mengalami perubahan histologi. Keadaan amenore desebabkan atrofi endometrium.
3)      Penanggulangan dan pengobatan
a)      KIE
1)      Jelaskan sebab terjadinya.
2)      Jelaskan bahwa gejala/ keluhan tersebut dalam rangka
3)      penyesuaian diri, bersifat sementara dan individu.
4)      Motivasikan agar tetap memakai suntikan.
b)      Tindakan medis
1)      Amenorea (tidak haid)
a.       Tidak perlu dilkakukan tindakan apapun. Cukup
b.      konseling saja.
c.       Bila klien tidak dapat menerima kelainan tersebut,
d.      suntikan jangan dilanjutkan. Anjurkan pemakaian
e.       jenis kontrasepsi lain.
a.       Diberikan pil KB 3 x 1 tablet dari hari I-III, 1 x 1
f.       tablet mulai hari IV selama 4-5 hari.
2)      Spotting/metroragia (perdarahan bercak/ menetes)
Diberikan pil KB 3 x 1 tablet per hari selama 7 hari.
3)      Menoragia (perdarahan lebih banyak atau lebih lama dari biasanya)
Diberikan tablet sulfas ferosus 3 x 1 tablet (5-7 hari)
sampai keadaan membaik.

b.      Depresi
1)      Gejala/ keluhan
Perasaan lesu (lethargi), tidak bersemangat dalam kerja/ kehidupan.
2)      Penyebab
Diperkirakan dengan adanya hormone progesterone terutama yang berisi 19-norsteroid menyebabkan kurangnya Vitamin B6 (Pyridoxin) di dalam tubuh.
3)      Penaggulangan dan pengobatan
1)      KIE
1)      Jelaskan sebab terjadinya depresi.
2)      Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu. Beri motivasi agar tetap memakai suntikan.
2)      Tindakan medis
1)      Diberikan Vitamin B6 2-3 x 1 tablet (10 mg) per hari sampai gejala depresi hilang.
2)      Bila depresi menetap dan terus memberat, hentikan pemakaian suntikan dan ganti cara kontrasepsi nnhormonal.

c.       Keputihan (Lechorea)
1)      Gejala/ keluhan
Keluarnya cairan berwarna putih dari dalam vagina atau adanya cairan putih di mulut vagina (vagina discharge)
2)      Penyebab
Oleh karena efek progesterone merubah flora dan PH vagina, sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan.
3)      Penaggulangan dan pengobatan
a.       KIE
(1) Jelaskan sebab terjadinya keputihan.
(2) Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu.
(3) Menjaga kebersihan daerah kemaluan (berganti celana dalam, menggunakan pembalut yang cocok).
(4) Memotivasi agar tetap memakai suntikan.
d.      Jerawat
a.       Gejala/ keluhan adalah timbul jerawat pada wajah.
b.      Penyebab adalah progestin terutama 19-norprogestine menyebabkan peningkatan kadar lemak.
c.       Penaggulangan dan pengobatan
e.       Rambut rontok
1)      Gejala/ keluhan
Rambut rontok selama pemakaian suntikan atau bisa sampai sesudah penghentian suntikan.
2)      Penyebab
Progesteron terutama 19-norprogesterone dapat mempengaruhi folikel rambut, sehingga tinbul kerontokan rambut.
f.       Perubahan Berat Badan
1)      Gejala/ keluhan
a)      Kenaikan berat badan rata-rata untuk setiap tahun bervariasi antara 2,3-2,9 kg.
b)      Berat Badan berkurang/turun. Setiap tahun rata-rata penurunan berat badan antara 1,6-1,9 kg.
2)      Penyebab
Kenaikan berat badan, kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah.
g.      Pusing/ Sakit Kepala/Migrain
1)      Gejala/ keluhan
Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian kepala dan terasa berdenyut disertai rasa mual yang amat sangat.
2)      Penyebab biasanya dikaitkan dengan reaksi tubuh terhadap progesteron.
h.      Mual dan Muntah
1)      Gejala/keluhan
Mual sampai muntah seperti hamil muda. Terjadi pada bulan-bulan pertama pemakaian suntikan.
2)      Penyebab
Reaksi tubuh terhadap hormon progesteron yang mempengaruhi produksi asam lambung.


C.    Berat Badan
1.      Pengertian
Pengertian berat badan menurut Soetjiningsih adalah hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi massa tubuh. Faktor-faktor itu dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup faktor-faktor hereditas seperti gen, regulasi termis, dan metabolisme. Faktor eksternal mencakup aktivitas fisik, dan asupan makanan.
a.       Faktor Internal
Faktor internal yang bertanggung jawab terhadap massa tubuh adalah suatu faktor yang tidak dapat dikendalikan secara sadar oleh orang-orang yang melakukan diet.
1)      Faktor Genetik
Penelitian yang dilakukan oleh Sekolah Medis Universitas Boston menemukan bahwa gen bernama INSIG2 bertanggung jawab terhadap obesitas. Gen INSIG2 bertanggung jawab dalam sintesis asam lemak dan kolesterol. Beberapa produk protein dari Varian gen INSIG2 memiliki daya inhibisi yang rendah sehingga orang-orang dengan varian gen ini akan cenderung lebih banyak menumpuk lemak di dalam tubuhnya. Sekitar 1 dari sepuluh orang (10%) diduga membawa varian gen ini.
2)      Regulasi Termis
Manusia pada dasarnya adalah makhluk berdarah panas yang menghabiskan energi untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Selain membutuhkan energi untuk mempertahankan suhu tubuhnya (rata-rata 370 C), sejumlah energi juga diperlukan untuk mempertahankan aktivitas organ-organ vital seperti jantung dan paru-paru. Energi yang diperlukan ini berasal dari makanan yang dikonsumsi oleh seseorang.
3)      Metabolisme
Metabolisme secara singkat adalah proses pengolahan (pembentukan dan penguraian) zat-zat yang diperlukan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya. Metabolisme lemak merupakan salah satu faktor penentu dalam diet. Seseorang dapat meningkatkan pembakaran lemak dengan meningkatkan massa otot di dalam tubuh. Ketika massa otot meningkat, metabolism makanan akan meningkat. Proses ini akan meningkatkan nilai BMR dan kebutuhan kalori.
b.      Faktor Eksternal
Dua faktor eksternal yang sangat dominan adalah aktivitas fisik dan asupan nutrisi. Seseorang dapat dengan mudah mengurangi berat badannya tanpa perlu mengonsumsi obat-obatan pembakar lemak dan semacamnya dengan meningkatkan aktivitas serta mengurangi asupan makanan ke dalam tubuhnya.


1)      Aktivitas Fisik
Untuk melakukan aktivitas fisik, manusia memerlukan sejumlah energi. Jika energi yang diberikan oleh makanan tidak cukup, maka energi diperoleh dari hasil pemecahan lemak di dalam tubuh.
2)      Asupan Nutrisi
Berat badan dapat diturunkan dengan mudah dengan cara membatasi asupan nutrisi. Faktor pengali untuk energi yang umum diterima oleh banyak orang adalah sebagai berikut: 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal, 1 gram protein 4 kkal, dan 1 gram lemak 9 kkal. Dengan menjumlahkan nilai BMR dengan kebutuhan kalori peraktivitas, seseorang dapat dengan mudah memprediksi hasil dietnya.(www.gizi.net)
2.      Pengukuran Berat Badan
Rumus cara menghitung berat badan normal dan berat badan yang ideal versi indeks broca. Gunakan timbangan berat badan yang masih berfungsi dengan baik dan akurat.
a.       Berat Badan Normal
Berat Badan Normal = Tinggi Badan - 100
b.      Berat Badan Ideal
Berat Badan Ideal = (Tinggi Badan - 100) - ( 10% tinggi badan -100) (http://organisasi.org)








D.    Pengaruh Kontrasepsi Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan
Depo provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi perenteral, mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat efektif. Dalam penggunaan jangka panjang DMPA (hingga dua tahun) turut memicu terjadinya peningkatan berat badan, kanker, kekeringan pada vagina, gangguan emosi, dan jerawat karena penggunaan hormonal yang lama dapat mengacaukan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh sehingga mengakibatkan terjadi perubahan sel yang normal menjadi tidak normal Bila sudah dua tahun, kita harus pindah ke sistem KB yang lain seperti KB kondom, spiral, atau kalender (Saifuddin, 2006)
Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama penyuntikan. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan tubuh. Hipotesa para ahli DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya (Hartanto, 2004).
Kenaikan BB, kemungkinan disebabkan karena hormon progesterone mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan BB bertambah.
Hasil penelitian Rohani Agustina (2008) menunjukkan adanya pengaruh yang penggunaan kontasepsi DMPA terhadap perubahan berat badan. Dari 57 responden yang diamati 31 mengalami perubahan berat badan dan 19 tidak mengalamai berat badan. Hasil penelitian tersebut semakin memperkuat dugaan adanya keterkaitan penggunaan kontrasepsi DMPA terhadap perubahan berat badan.



Menurut jurnal sebuah penelitian dengan latar belakang bahwa Kekhawatiran tentang kenaikan berat badan dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Kami membandingkan perubahan berat badan selama 12 bulan pertama penggunaan antara wanita yang menggunakan etonogestrel (ENG) implan, sistem intrauterin levonorgestrel (LNG-IUS) atau depot medroxyprogesterone acetate (DMPA) dengan wanita yang menggunakan alat kontrasepsi tembaga (IUD) .
Desain studi
Ini adalah subpenelitian dari Proyek PILIHAN Kontrasepsi, sebuah studi kohort prospektif dari 9256 wanita yang disediakan tanpa biaya kontrasepsi. Wanita yang telah menggunakan implan ENG, LNG-IUS, DMPA atau tembaga IUD terus menerus selama minimal 11 bulan yang memenuhi syarat untuk berpartisipasi. Kami memperoleh berat badan pada saat pendaftaran dan pada 12 bulan dan dibandingkan perubahan bobot untuk setiap progestin-satunya metode untuk tembaga IUD.
Hasil
Kami terdaftar sebanyak 427 perempuan: 130 pengguna ENG implan, 130 pengguna LNG-IUS, 67 pengguna DMPA dan 100 pengguna IUD tembaga. Perubahan berarti berat badan (dalam kilogram) selama 12 bulan itu 2.1 bagi pengguna implan ENG [standar deviasi (SD) = 6,7]; 1.0 untuk pengguna LNG-IUS (SD = 5.3); 2,2 untuk pengguna DMPA (SD = 4,9) dan 0,2 untuk tembaga pengguna IUD (SD = 5.1). Berbagai perubahan berat badan yang luas di semua metode kontrasepsi. Dalam model regresi linier disesuaikan, ENG implan dan penggunaan DMPA dikaitkan dengan penambahan berat badan dibandingkan dengan tembaga IUD. Namun, dalam model yang disesuaikan, tidak ada perbedaan dalam berat badan dengan implan ENG, LNG-IUS atau DMPA diamati. Hanya Hitam ras dikaitkan dengan kenaikan berat badan yang signifikan (1.3 kg, 95% confidence interval = 0,2-2,4) bila dibandingkan dengan kelompok ras lainnya.


BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Menurut jurnal internasional Perubahan berat badan adalah variabel diantara wanita yang menggunakan kontrasepsi progestin saja. Ras kulit hitam adalah prediktor signifikan dari kenaikan berat badan antara pengguna kontrasepsi. (Randomized trial of the effect of tailored versus standard use of the combined oral contraceptive pill on continuation rates at one year, Zevidah Vickery, Tessa Madden, Qiuhong Zhao, Gina M. Secura, et al. 18 March 2013)
Dalam penggunaan jangka panjang DMPA (hingga dua tahun) turut memicu terjadinya peningkatan berat badan, kanker, kekeringan pada vagina, gangguan emosi, dan jerawat karena penggunaan hormonal yang lama dapat mengacaukan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh sehingga mengakibatkan terjadi perubahan sel yang normal menjadi tidak normal.
2.      Saran
1.      Bidan dan petugas kesehatan lain dapat memberikan konseling tentang efek samping KB DMPA sehingga tidak ada kekhawatiran dari akseptor KB tersebut.          
2.      Institusi kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang KB DMPA sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang benar.



DAFTAR PUSTAKA

·         Agustina Rohani, 2008. Hubungan Pemakian Kontrasepsi Suntik Depo Progestin dengan Perubahan Berat Badan Di BPS Yuni Winarta Weru Sukoharjo,
·         BKKBN, (2004). Pedoman Penanggulangan efek samping/ komplikasi kontrasepsi. Jakarta: UNFPA
·         BKKBN, (2002). Keluarga Berencana, http://riau.bkkbn.go.id/old/ diunduh tanggal 5 Maret 2010
·         Gasier, A. (2005). Kelurga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC
·         Hartanto H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta.: Pustaka Sinar Harapan
·         Saifuddin, dkk. (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
·         Saifuddin Azwar,2007. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
·         http://semararatih.wordpress.com diunduh tanggal 8 Maret 2010
·         Randomized trial of the effect of tailored versus standard use of the combined oral contraceptive pill on continuation rates at one year, Zevidah Vickery, Tessa Madden, Qiuhong Zhao, Gina M. Secura, et al. 18 March 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar