EVOLUSI GENETIKA
OLEH : SELLY KUSMAYANTI
(1210206099)
Dalam setiap spesies terdapat
anggota kelompok populasi dengan cirri-ciri yang berbeda satu sama lain. Bahkan
antara dua individu, meskipun merupakan anggota spesies yang sama. Keduanya
dapat berbeda-beda karena variasi berbagai factor antara lain genetic, umur,
jenis kelamin, makanan, stadium daur hidup, bentuk tubuh, habitat dan
lain-lain. Secara genetic tidak ada dua individu dalam spesies yang persis
sama. Apalagi factor-faktor lingkungan juga ikut berpengaruh dalam timbulnya
ciri-ciri yang muncul sebagai fenotip. Perbedaan cirri yang tampak pada anggota
tiap spesies ini menyebabkan adanya keanekaragaman dalam spesies.
Keanekaragaman dalam spesies
menyebabkan pada tiap anggota spesies dapat di lihat adanya kedekatan
kekerabatan satu sama lain. Semakin banyak persamaan cirri-ciri yang dimiliki
semakin dekat kekerabatannya. Sebaliknya, semakin sedikit persamaan dalam
ciri-ciri yang di miliki semakin jauh kekerabatannya. Dengan demikian dalam
suatu spesies dapat dijumpai kelompok-kelompok populasi yang satu sama lain di
bedakan berdasarkan persamaan dan perbedaan cirri-ciri morfologis atau
fenotipnya.
Terlepas dari penggunaan
keanekaragaman genetis guna mempelajari kekerabatan antara dua individu atau
dua populasi dalam satu spesies. Keanekaragaman genetis dalam spesies perlu
didokumen dengan baik. Khususnya dalam dunia hewan dan tumbuhan, dokumentasi
semacam ini merupakan suatu hal yang vital untuk konservasi genotip-genotip untuk
yang kelak berguna untuk program penangkaran. Karakterisasi galur resisten dan
pembawa penyakit serta genotip yang terkait dengan trait yang diperlukan secara
ekonomis sangat berharga bagi bidang kedokteran dan pertanian. Yang menjadi
persoalan adalah perlu disadari adanya banyak keanekaragaman genetis dalam
populasi maupun spesies, dan metode untuk mengenali genotip-genotip khusus
belum di kembangkan. Tampaknya kesulitan ini dapat terjawab dengan pendekatan
biologi molekuler. Dengan teknik-teknik biologi molekuler maka sekarang dapat
dilakukan pemeriksaaan terhadap keanekaragaman genetis pada individu-individu
anggota suatu spesies bukan saja sampai aras protein tetapi bahkan ke aras DNA.
Kita sudah mengetahui bahwa pada suatu organism terdapat variasi yang
diakibatkan oleh mutasi. Mutasi selalu terjadi. Apabila hal ini terus terjadi,
maka semua organism akan bertambah beranekaragam.
Contoh penelitian mengenai cheetah
dan penyu hijau meberikan gambaran bahwa semua individu cheetah dan penyu hijau
di muka bumi yang jumlahnya mencapai ribuan adalah identik atau hampir identik
(Iskandar, 1994). Walaupun demikian, secara ekologis tidaklah logis apabila
cheetah dari Kenya dianggap satu populasi dengan cheetah dari Ethiopia yang
terpisah sejauh 6000 km. Dalam ekologi, tempat atau lokasi dipakai sebagai
tolak ukur untuk membedakan suatu populasi dengan populasi lainnya yang berada
di lokasi lain. Dalam istilah genetika populasi, maka semua individu kedua
jenis di atas diartikan sebagai satu populasi. Adapun alasannya ialah bahwa
suatu populasi dicirikan oleh suatu perbedaan dibandingkan dengan populasi yang
lain. Apa saja dapat dijadikan tolak ukur untuk membedakan suatu populasi dapat
dipakai. Misalnya frekuensi suatu alel jarang dalam suatu populasi akan berbeda
bila dibandingkan dengan populasi yang lain. Perbedaan ini timbul karena
individu suatu populasi akan cenderung untuk kawin dengan anggota populasinya.
Batasan ini berbeda dengan batasan yang didefinisikan oleh para ekologiawan
namun untuk menerangkan proses evolusi kita akan memakai tolok ukur genetika
populasi.
Telah disepakati oleh sebagian besar
para ahli bahwa evolusi biologis adalah perubahan susunan genetic pada generasi
yang berurutan. Genetika populasi merupakan dasar pemahaman yang baik untuk
mempelajari evolusi. Genetika individu selalu berkaitan dengan konsep genotip
yaitu susunan genetis individu.
1.
MUTASI
Kita
sekarng mengetahui bahwa mutasi selalu terjadi. Mutasi yang terjadi tidak
selalu mengakibatkan perubahan dalam struktur fungsi.kejadian mutasi walaupun
tidak terlihat mungkin ikut berperan misalnya protein yang bermutasi meskipun
tidak berubah dalam fungsi,mungkin memupnyai kelemahan tertentu yang baru
terlihat apabila keadan lingkungan berubah.yang sudah dapat di
pastikan,frekuensi gen dalam populasi akan berubah,karena ada suatu gen
yang berubah. Kemungkinan ada mutasi yang menguntungkan sama banyaknya
dengan mutasi merugikan tidak mungkin tercapai,karena pada umumnya mutasi yang
terjadi bersifat merugikan.
2. PANMIKSI
Perkawinan
acak hanya mungkin terjadi didaerah yang secara ekologi adalah tepat
sama.biasanya perkawinan terjadi tidak secara acak.adanya suatu kelainan,pada
umunya menyebabkan kemunkinan melakukan perkawinan menjadi lebih kecil,meskipun
hal yang sebaliknya bisa terjadi.perkawianan pada umunya terjadi dengan indiviu
setetepat,karena kesempatan untuk bertemu lebih besar.mesikipun
perkawinanterjadi dalam populasi lokal,umunya ditemukan suatu mekanisme yang
mencegah perkawinan antar saudara.mekanisme yang berperan dalam hal ini pada
umumnya berupa naluri dan tingkah laku (etologis)
3. EMIGRASI DAN IMIGRASI
Emigrasi
atau imigrasi akan mengubah frekuensi suatu gen dalam populasi.pengaruh
emigrasi atau imrigasi berbanding terbalik dengan ukuran populasi asal atau
ukuran populasi yang di bentuk. Lebih kecil ukuran populasi asal maka perubahan
frekuensi akan lebih besar bagi populasi tersebut. Pengaruh imi atau emigrasi
atau ukuran populasi dapat dilihat di bawah ini.
4. KEMAMPUAN ALEL-ALEL TIDAK SAMA
Alel-alel
berlainan mempunyai tingkat lurus hidup yang berlainan. Nilai lulus hidup
biasanya dinyatakan dalam perbandingan dengan alel normalnya. Nilai
kelulushidupanini dapat berubah-ubah bergantung pada lingkungan hidupnya.
Misalnya mutan vestigeal di alam tidak mungkin dapat bertahan dan kita dapat
memberi nilai 0. Tetapi di laboratorium, mereka cukup tahan, meskipun lebih
lemah daripada bentuk normalnya, yang pasti tidak sama dengan 0.
5. POPULASI TETAP
Populasi
tetap secar teoritis tidak mungkin terjadi meskipun disuatu populasi yang
terisolasi. Selain faktor lingkungan yang senatiasa berubah sepanjang tahun,
juga selalu terjadi kelahiran dan kematian, tetapi hasil penelitian menyatakan
pada umumnya suatu populasi selalu berubah-ubah mengikuti suatu siklus
tertentu.
6. POPULASI BESAR
Populasi
besar mungkin hanya terjadi pada serangga atau mikroba, tetapi hampir tidak
mungkin terjadi pada hewan mamalia. Hal ini erat hubungannya dengan makanan
yang tersedia sebab lebih besar populasi suatu organisme, jumlah makanan yang
tersedia harus jauh lebih besar dari penjelasan diatas, ternyata persyaratan
untuk rumus atau hukum Hardy-Weinberg hampir tidak pernah dipenuhi oleh karena
itu evolusi terjadi. Rumus ini hanya dapat di penuhi pada setahun waktu yang
singkat saja setiap saat rumus ini dipenuhi namun dalam jangka waktu tertentu
rumus ini tidak berlaku ke 6 persyaratan tersebut diatas tidak pernah dapat di
penuhi sekaligus. Hanya persyaratan ke 3, e,igrasi dan imigrasi saja yang dapat
di penuhi pada populasi terpencil atau organisme yang hanya dapat hidup pada
puncak gunung yang tinggi.(Widodo,dkk ,2003:41-45)
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FREKUENSI GEN
1. Seleksi
Seleksi
merupakan suatau proses yang melibatkan kekuatan – kekuatan untuk menentukan
ternaka mana yang boleh berkembang biak pada generasi selanjutnya. Kekuaktan –
kekuatan itu bisa di kontrol sepenuhnya oleh alam yang disebut seleksi alam.
Jika kekuatan itu di kontrol oleh manusia maka prosesnya disebut seleksi buatan
kedua macam seleksi itu akan merubah frekuensi gen yang sat relatif terhadap
alelnya. Laju perubahan frekuensi pada seleksi buatan jika dibandingkan dengan
seleksi alam.
Untuk
mendemonstrasikan peran seleksi dalam mengubah frekuesni gen, diambil suatu
contoh populasi yang terdiri dari beberapa ribu sap yang bertanduk dan yang tidak
bertanduk. Jika diasunsikan bahwa frekuensi gen yang bertanduk dan yang
tidak bertandu pada populasi tersebut masing – masing 0,5 ( bila terjadi kawin
acak) maka sekitar 75% dari total sapi yang ada tidak bertanduk dan 25%
bertanduk. Dari 75% sapi yang tidak bertanduk sebanyak 1/3 bergenotip hemozigot
dan 2/3 bergenotip heterozigot.
2. Mutasi
Mutasi
adalah suatu perubahan kimia gen yang berakibat berubahnya fungsi gen. Jika gen
mengalami mutasi dengan kecepatan tetap maka frekuensi gen akan sedikit menurun,
sedangkan frekuensi alel akan meningkat. Laju mutasi bervariasi dari
suatu kejadian mutasi ke kejadian mutasi lain. Namun, laju relatif rendah (
kira – kira satu dalam satu juta pengandaan ge) sebagai gambaran, diambil
contoh frekuensi gen merah pada sapi angus, yaitu antara 0.05-0.08. jika
terjadi kawin acak maka akan dijumpai 25-64 ekor sapi merh dari setiap 10.000
kelahiran. Anak sapi yang berwarna merah dan juga tetua yang heterozigot akan
dikeluarkan dari peternakan. Secara teoritis frekuensi gen merah akan menurun
mendekati angkan nol, namun kenyataan frekuensi gen merah tetap anata 0.05-0.08
dari suatu generasi ke generasi berikutnya hal itu bisa dijalaskan dengan
mengunakkan teori mutasi. Diduga bahwa laju mutasi gen hitam menjadi gen merah
sama dengan laju seleksi terhadaap gen merah sehingga tercapai suatu
keseimbangan.
3. Pencampuran populasI
Percampuran
dua populasi yang frekuensi gennya berbeda dapat mengubah frekuensi gen
tertentu. Frekuenssi gen ini merupakan rataan dari frekuensi gen dari dua
populasi yang bercampur.
Jika
seorang peternak memiliki 150 ekor sapi dengan frekuensi bertanduk dengan =
0.95 ( bila terjadi kawin acak) maka sekitar 90% dari sapi – sapinya akan
bertanduk. Selanjutnya, jika diasumsikan bahwa ada enam pejatan baru yang
diamsukkan ke peternakan utnuk memperbaiki mutu geneteik terna – ternak yang
ada. Dari enam pejantan dimasukkan terdapat satu ekor yang bertanduk, dua ekor
yang tidak bertanduk heterozigot dan tiga ekor yang tidak bertanduk
homozigot. Frekuensi gen bertanduk pada kelompok pejantan =
1/6 = 0.033. dengan asumsi bahwa tidak ada sapi lain yang masuk kedalam
peternakan maka frekuensi gen bertanduk pada populasi itu setelah terjadi kawin
acak, selama satu generasi ( 0.950 + 0.333) / 2 = 0.064
4. Silang dalam (inbreeding ) dan
sialng luar (outbreeding)
Silang
dalam merupakan salah satu bentuk isolasi secara genetik. Jika suatu populais
terisolasi, silang dalam cenderung terjadi karena adanya keterbatasan pilihan
dalam proses perkawinan. Jika silang dalam terjadi anatara grup ternak yang
tidak terisolasi secara geografis maka pengaruhnya juga yang sama. Oleh sebab
itu, silang dalam merupakan suatu isolasi buatan. Sebenarnya silang dalam tidak
merubah frekuensi gen awal pada saat proses silang dalam dimulai. Jika terjadi
perubahan frekuensi gen maka perubahan itu disebabkan oleh adanya seleksi,
mutasi dan pengaruh sampel acak. Jika silang luar dilakukan pada suatu populasi
yang memilik rasio jenis kelamin yang sama dengan frekuensi gen pada suatu
lokus yang sama pada kedua jenis kelamin maka frekuensi gen tidak akan berubah
akibat pengaruh langsung silang luar.
5. Genetic drift
Genetic
drift merupakan perubahan frekuensi gen yang mendadak. Perubahan frekuensi gen
yang mendadak biasanya terjadi pada kelompok kecil ternak yang di pindahkan
untuk tujuan pemulian ternak atau dibiakan. Jika kelompok ternak
diisolasi dari kelompok ternak asalnya maka frekuensi gen yang terbentuk
pada populasi baru dapat berubah. Perubahan frekuensi gen yang mendadak
dapat pula disebabkan oleh bencana alam, misal matinya sebagian besar ternak
yang memiliki gen tertentu.(Rispandahlan, 2012)
Hukum
Hardy-Weinberg Sebagai Pendukung Terjadinya Evolusi
Definisi
Hukum Hardy-Weinberg
Asas
Hardy-Weinberg
menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam
kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat
pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut.
Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi,
ukuran populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen.
Adalah penting untuk dimengerti bahwa di luar laboratorium, satu atau lebih
pengaruh ini akan selalu ada. Oleh karena itu, kesetimbangan Hardy-Weinberg
sangatlah tidak mungkin terjadi di alam. Kesetimbangan genetik adalah suatu
keadaan ideal yang dapat dijadikan sebagai garis dasar untuk mengukur perubahan
genetik.
Frekuensi
alel yang statis dalam suatu populasi dari generasi ke generasi mengasumsikan
adanya perkawinan acak, tidak adanya mutasi, tidak adanya migrasi ataupun
emigrasi, populasi yang besarnya tak terhingga, dan ketiadaan tekanan seleksi
terhadap sifat-sifat tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar