EKSKRESI
(PEMERIKSAAN URIN)
Hari/ Tanggal:
Kamis, 18 Oktober 2012
A.
DASAR TEORI
Sistem ekskresi merupakan sistem yang berperan dalam pembuangan
zat-zat yang sudah tidak diperlukan (zat sisa) ataupun zat-zat yang
membahayakan tubuh dalam bentuk larutan. Ekskresi terutama berkaitan dengan
pengeluaran senyawa-senyawa nitrogen. Selama proses pencernaan makanan, protein
dicerna menjadi asam amino dan diabsorpsi darah, kemudian dipergunakan oleh
sel-sel tubuh untuk membentuk protein-protein baru. Di dalam tubuh vertebrata,
asam amino yang berlebihan akan dirombak menjadi ammonia dan diekskresikan
lewat ginjal sebagai senyawa – senyawa ammonium sulfat, ammonium fosfat, urea,
asam urat atau trimethylamine. Semua zat sisa yang tidak dipergunakan lagi oleh
tubuh sebagian akan dikeluarkan bersama urin (Team Pengajar: 2012).
Organ ekskretori menjamin agar komposisi cairan tubuh dapat berada
dalam perbandingan yang benar. Pengaturan konsentrasi osmotis cairan tubuh
dilakukan dengan mengatur konsentrasi bahan-bahan terlarut dan air. Organ
ekskretori berperan pada pengeluaran senyawa buangan metabolism, misalnya hasil
pemecahan senyawa yang mengandung nitrogen. Pada manusia, diperlukan pula
mekanisme pembuangan senyawa eksogen (senyawa yang terkandung pada
obat-obatan).
Fungsi utama
organ ekskretori adalah:
1. mempertahankan bahan terlarut yang sesuai bagi kebutuhannya
2. mempertahankan volume tubuh (kandungan cairan)
3. membuang hasil akhir metabolisme
4. membuang bahan-bahan asing atau produk metabolism bahan tersebut
Pada hewan, organ ekskretori dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
organ ekskretori umum (vakuola berdenyut, nefridia, saluran Malpighi, dan
netron) dan organ ekskretori khusus (kelenjar garam pada insang dan kelenjar
rectum, insang, hati pada vertebrata) (Wiwi Isnaeni: 2006).
Mekanisme pembentukan urine pada lengkung Henle adalah suatu sistem
dengana arah aliran yang berlawanan dan berulang. NaCl dipompa keluar
(transport aktif) dari cabang lengkung yang menaik. air tidak dapat mengikuti
gerakan NaCl keluar , selanjutnya NaCl bergerak ke arah dan masuk ke bagian
lengkung Henle yang menaik dan dipompa keluar lagi. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya gradiien konsentrasi. Kepekatan filtrate yang masuk ke saluran
pengumpul lebih rendah dibandingkan dengan filtrate yang baru masuk lengkung
Henle. Karena konsentrasi bahan terlarut cairan tubuh lebih pekat daripada
filtrate, maka air akan meninggalkan saluran pengumpul hingga urin menjadi
pekat. Terdapat hubungan antara panjang lengkung Henle dengan konsentrasi urin
yang dihasilkan, semakin panjang lengkung Henle semakin pekat urin yang
dihasilkan (Darmadi Goenarso: 2005).
Metabolisme senyawa yang mengandung nitrogen terutama protein dan
asam inti hanya sedikit, hal ini merupakan kelebihan asam amino. Asam amino
akan diubah menjadi suatu senyawa melalui proses metabolisme menjadi glukosa
yang disebut reaksi deaminasi yang akan menghasilkan amoniak (NH3). Pada metabolisme asam amino, NH3
dapat dilepaskan dari asam amino melalui reaksi transmisi dan deaminasi. Pada
reaksi transmisi gugus –NH2 yang dilepaskan diterima oleh suatu asam
keto lain, sedangkan pada reaksi deaminasi gugus –NH2 dilepaskan
dalam bentuk ammonia yang dikeluarkan dari dalam tubuh dalam bentuk urea dalam
urin. Amonia dengan kadar yang tinggi merupakan racun bagi tubuh manusia.
Pembentukan urea ini terutama berlangsung di hati, yang merupakan senyawa yang mudah larut dalam
air, bersifat netral, terdapat dalam urin yang dikeluarkan dari tubuh (Anna
Poedjiadi: 2006).
Komposisi urin bervariasi tergantung jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Urin normal berwarna jernih transparan, warna kuning muda berasal
dari zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin). Urin normal pada manusia
mengandung air, urea, asam urat, amonia, keratin, asam laktat, asam fosfat,
asam sulfat, dan klorida. Selain itu terdapat garam-garam, terutama garam
dapur, zat-zat yang berlebihan di dalam darah, misalnya vitamin C, dan
obat-obatan. Banyak sedikitnya urin sesorang yang dikeluarkan tiap harinya
dipengaruhi juga oleh:
a)
zat-zat
diuretik, misalnya kopi, teh, dan alkohol
b)
suhu
c)
volume larutan
d)
emosi (http://www.
innerbody.com/index.html)
B.
TUJUAN
Mengetahui
kandungan glukosa, albumin, klorida dalam urin
Mengenal bau
ammonia dari hasil penguraian urea dalam urin
Membuktikan
kandungan urea dalam urin
Membandingkan
hasil uji glukosa, albumin, klorida, dan urea pada beberapa urin orang normal
dengan urin yang diberi perlakuan
C.
ALAT DAN BAHAN
Alat
|
Bahan
|
Tabung Reaksi
|
Sampel Urin
|
Pipet Tetes
|
Larutan Benedict
|
Bunsen
|
Asam Nitrit Pekat
|
Kaca Objek
|
Larutan AgNO3 10%
|
|
Asam Oksalat
|
|
Larutan Natrium Hipobromida
|
D.
LANGKAH KERJA
1)
Glukosa dalam
Urin
Didihkan 5 ml benedict dalam tabung reaksi
Tambahkan 8 tetes urin ke dalam larutan benedict, kemudian panaskan
lagi selama 1-2 menit
Amatilah perubahan warna (endapan) yang terjadi
Keterangan:
ĂŒ Hijau : kadar glukosa 1%
ĂŒ Merah : kadar glukosa 1,5%
ĂŒ Orange : kadar glukosa 2%
ĂŒ Kuning : kadar glukosa 5%
2)
Albumin dalan Urin
Masukkan 3 ml asam nitrit pekat ke dalam tabung reaksi
Miringkan tabung reaksi tersebut, Teteskan 8 tetes urin secara
perlahan hingga urin turun melalui sepanjang tabung,
Apabila urin mengandung albumin akan terlihat adanya cincin
berwarna putih yang terdapat pada daerah kotak urin dan asam nitrit
3)
Amonia dalam Urin
Masukkan 1 ml urin ke dalam tabung reaksi
Panaskan dalam
Bunsen
A. PEMBAHASAN
Glukosa merupakan komposisi utama
urin primer senilai 1 gram yang nantinya akan direabsorpsi bersama zat-zat lain
antara lain air, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-,
HCO3-, HbO42-, dan sebagian urea.
Glukosa dan asam amino akan diabsorpsi secara transport aktif di tubulus
proksimal. Kelebihan glukosa dalam urin akan menyebabkan penyakit diabetes melitus
yang mempengaruhi kerja hormon insulin pada tubuh. Kadar glukosa urin dan darah penderita ini
sangat tinggi yang menyebabkan sering buang air kecil, cepat haus, dan lapar.
Selain itu, terdapatnya glukosa dalam urin mengindikasikan adanya kerusakan
pada tabung ginjal yang disebut penyakit glikosuria.
Albumin merupakan senyawa protein
yang penting terdapat dalam darah, mempunyai sifat larut dalam air dan larutan
garam encer. Komposisi protein dalam urin primer senilai 0 gram. Apabila ditemukan albumin pada urin, hal tersebut mengindikasikan
adanya kerusakan pada membran kapsul endothelium pada ginjal yang dapat disebabkan
oleh iritasi sel-sel ginjal karena masuknya substansi seperti racun bakteri,
eter, atau logam berat.
Amonia merupakan hasil deaminasi yang terjadi di dalam hati yang bersifat
sangat beracun apabila dalam kadar yang tinggi di dalam tubuh. Oleh karena itu,
harus segera diubah dengan cara memakainya dalam aminasi keto, aminasi asam
glutamat, serta pembentukan urea. Amonia terdapat dalam urin dengan kadar
rendah yang memberikan bau pada urin. Urin normal pada manusia mengandung air,
urea, asam urat, amonia, kreatin, asam laktat, asam fofat, asam sulfat, dan
klorida.
Pada hasil urin yang diamati terdapat beberapa
sampel antara lain:
1)
Urin anak SD, kadar glukosanya 1% (hijau), tidak
ditemukan cincin berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonia dalam urinnya
sedikit (+). Dengan demikian, hasil urin pada sampel ini termasuk urin normal
karena tidak ditemukan adanya indikasi.
2)
Urin perokok aktif, kadar glukosanya 1% (hijau), tidak
ditemukan cincin berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya tinggi
(+++). Hal ini disebabkan oleh zat-zat diuretik yang terdapat dalam kandungan rokok
yang menghambat reabsorpsi ion Na+ sehingga ADH berkurang seperti
halnya peminum kopi. Pada sampel ini termasuk urin normal, hanya saja terdapat
indikasi dari zat-zat diuretik yang mempengaruhi produksi urin dan apabila amonia dalam kadar berlebih akan menjadi racun bagi
tubuh.
3)
Urin antibiotik, kadar glukosanya 5% (kuning), terdapat
cincin berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya tinggi (+++). Pada
sampel ini telihat adanya indikasi kerusakan pada tabung ginjal dengan
ditemukannya kadar glukosa yang tinggi, kerusakan pada membran kapsul
endotelium dengan ditemukannya cincin berwarna putih pada uji albumin, dan
kadar amonianya tinggi disebabkan zat-zat diuretik yang dikonsumsinya yang menghambat reabsorpsi ion Na+
sehingga akibatnya konsentrasi ADH berkurang dan volume urin meningkat. Hal
tersebut menimbulkan kadar amonia yang sangat menyengat pada urin dan akan menjadi racun bagi tubuh jika dalam kadar yang berlebih.
4)
Urin kakek peminum kopi, kadar glukosanya1% (hijau),
terdapat cincin berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya rendah
(+). Pada sampel ini terdapat indikasi adanya kerusakan pada membran kapsul
endotelium pada ginjal dengan ditemukannya cincin berwarna putih pada uji
albumin.
5)
Urin diabetes, kadar glukosanya 5% (kuning), terdapat
cincin berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya rendah (+). Pada
sampel ini jelas penderita diabetes memiliki kadar glukosa yang tinggi yang
dapat mempengaruhi kerja hormon insulin pada tubuh, serta adanya indikasi
kerusakan pada membran kapsul endotelium pada ginjal dengan ditemukannya cincin
berwarna putih pada uji albumin.
6)
Urin obesitas, kadar glukosa 1% (hijau), terdapat cincin
berwarna putih pada urin, dan kadar amonianya sedang (++). Pada sampel ini
terlihat indikasi adanya kerusakan pada membran kapsul endoteium pada ginjal
dengan ditemukannya cincin berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya
pun sedang yang menimbulkan bau yang agak menyengat.
7)
Urin vegetarian, kadar glukosa 1%, terdapat cincin
berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya tinggi (+++). Pada sampel
ini terlihat adanya indikasi kerusakan pada membran kapsul endotelium pada
ginjal dengan ditemukannya cincin berwarna putih pada uji albumin, serta adanya
kadar amonia yang tinggi dan menimbulkan bau yang sangat menyengat sehingga dapat
mengakibatkan racun bagi tubuh jika dalam kadar yang berlebih.
8)
Urin nenek
kurang lebih 70 tahun, kadar glukosa 1%, terdapat cincin berwarna putih pada uji albumin, dan
kadar amonianya tinggi (+++). Pada sampel ini terlihat adanya indikasi
kerusakan pada membran kapsul endotelium pada ginjal dengan ditemukannya cincin
berwarna putih pada uji albumin, serta adanya kadar amonia yang tinggi dan menimbulkan
bau yang sangat menyengat sehingga dapat mengakibatkan racun bagi tubuh jika
dalam kadar yang berlebih.
B. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1.
Bandingkan
hasil pengamatan pada urin orang normal dengan urin yang diberi perlakuan,
jelaskan mengapa demikian (manfaatkan data profil pemilik urin yang diuji) !
2.
Bagaimana
siklus glukosa dalam tubuh, jelaskan siklus tersebut!
3.
Bagaimana kadar
glukosa dalam darah setelah beberapa saat kita makan? Bagaimana hubungan darah
dengan kadar glukosa optimum darah?
4.
Bagaimana
hubungan antara kadar albumin yang tinggi dalam urin dengan kondisi kesehatan
yang bersangkutan?
5.
Klorida yang
terkandung dalam urin berasal dari apa? jelaskan !
6.
Apakah klorida
selalu terdapat dalam urin? jelaskan !
7.
Berasal dari
apa ammonia yang terdapat dalam urin? jelaskan !
8.
Jelaskan
bagaimana terbentuknya urea dalam tubuh !
Jawaban
1. Urin normal pada manusia mengandung air, urea,
asam urat, amonia, kreatin, asam laktat, asam fofat, asam sulfat, dan klorida. Sedangkan pada urin yang mendapat perlakuan terdapat dua macam
jenis urin, yaitu:
§
Urin normal terdapat pada sampel urin anak SD dengan
hasil kadar glukosanya 1% (hijau), tidak ditemukan cincin berwarna putih pada
uji albumin, dan kadar amonia dalam urinnya sedikit (+).
§
Urin yang terdapat kelainan/ tidak normal terdapat pada sampel:
Urin perokok aktif, kadar glukosanya 1% (hijau), tidak
ditemukan cincin berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya tinggi
(+++).
Urin antibiotik, kadar glukosanya 5% (kuning), terdapat
cincin berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya tinggi (+++).
Urin kakek peminum kopi, kadar glukosanya1% (hijau),
terdapat cincin berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya rendah
(+).
Urin diabetes, kadar glukosanya 5% (kuning), terdapat
cincin berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya rendah (+).
Urin obesitas, kadar glukosa 1% (hijau), terdapat cincin
berwarna putih pada urin, dan kadar amonianya sedang (++).
Urin vegetarian, kadar glukosa 1%, terdapat cincin
berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya tinggi (+++).
Urin nenek
kurang lebih 70 tahun, kadar glukosa 1%, terdapat cincin berwarna putih pada uji albumin, dan
kadar amonianya tinggi (+++).
2. Glukosa berasal dari pemecahan amilum
dengan maltosa. Glukosa masuk ke dalam tubuh melalui beberapa
tahap, yaitu glikolisis menghasilkan 2 asam piruvat, kemudian masuk ke
dekarbosilasi oksidatif menghasilkan 2 Asetil Co A, dan terakhir masuk siklus krebs
dan transpor elektron untuk menghasilkan energi berupa ATP. Dengan total ATP,
glikolisis menghasilkan 8 ATP, dekarboksilasi oksidatif menghasilkan 6 ATP, dan
siklus krebs menghasilkan 24 ATP sehingga totalnya menjadi 38 ATP.
3. Kadar glukosa dalam darah akan
meningkat, disebabkan saat kita makan makanan yang mengandung karbohidrat,
karbohidrat akan diubah jadi glukosa dan menghasilkan ATP.. Glukosa ini akan
dibawa oleh darah atau dapat disimpan dalam bentuk glikogen otot dan hati jika
kadar gula dalam darahnya berlebih.
4. Albumin merupakan molekul yang
mempunyai berat molekul yang besar. Apabila dalam urin seseorang terdapat
albumin, maka hal tersebut menunjukkan indikasi adanya kerusakan pada membran
kapsul endhotellium. Selain itu, hal tersebut dapat
disebabkan oleh iritasi sel ginjal dikarenakan masuknya substansi seperti
bakteri, eter, atau logam berat. Dan orang tersebut
terindikasi penyakit albuminaria.
5. Chlorida yang terdapat dalam urine
berasal dari makanan yang mengandung garam (NaCl).
6. Ya, karena hampir semua makanan yang
dimakan mengandung garam (NaCl).
7. Amonia adalah hasil deaminasi asam
amino yang terjadi terutama di dalam hati dan ginjal.
8. Urea dalam tubuh terbentuk sebagai
hasil sampingan metabolisme protein. Urea berasal
dari bahan organik seperti asam amino dan purin yang
proses pembentukannya
terjadi di hati. Urea sangat larut dalam air dan sifat racunnya lebih kecil
dari amonia. Terdapat 3 macam asam amino yang berperan dalam pembentukan urea,
yaitu Ornitin, Sitrulin, dan Arginin.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilakukan, terdapat dua macam jenis urin yaitu:
1. Urin normal terdapat pada sampel urin anak SD
dengan hasil kadar glukosanya 1% (hijau), tidak ditemukan cincin berwarna putih
pada uji albumin, dan kadar amonia dalam urinnya sedikit (+).
2. Urin yang
terdapat kelainan/ tidak normal terdapat pada sampel:
Urin perokok aktif, kadar glukosanya 1% (hijau), tidak
ditemukan cincin berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya tinggi
(+++).
Urin antibiotik, kadar glukosanya 5% (kuning), terdapat
cincin berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya tinggi (+++).
Urin kakek peminum kopi, kadar glukosanya1% (hijau),
terdapat cincin berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya rendah
(+).
Urin diabetes, kadar glukosanya 5% (kuning), terdapat
cincin berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya rendah (+).
Urin obesitas, kadar glukosa 1% (hijau), terdapat cincin
berwarna putih pada urin, dan kadar amonianya sedang (++).
Urin vegetarian, kadar glukosa 1%, terdapat cincin
berwarna putih pada uji albumin, dan kadar amonianya tinggi (+++).
Urin nenek
kurang lebih 70 tahun, kadar glukosa 1%, terdapat cincin berwarna putih pada uji albumin, dan
kadar amonianya tinggi (+++).
D. DAFTAR PUSTAKA
Goenarso,
Darmadi dan Suripto. 2005. Fisiologi Hewan. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Isnaeni,
Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yoyakarta: Kanisius.
Poedjiadi,
Anna dan F. M. Titin Supriyantini. 2005. Dasar- dasar Biokimia. Jakarta:
UI-Press.
Team
Pengajar. 2012. Modul Praktikum Fisiologi Hewan. Bandung: UIN. Sunan
Gunung Djati.
http://www.innerbody.com/index.html
Ciumlah bagaimana baunya